Berfikir Kritis dalam Potret Fiqh Era Salaf dan Modern   DHARURIYYATUL-KHAMS   Fiqih Kontemporer   TAJHIZUL MAYYIT   Macam-macam taqdir   KONDISI YANG MEMBOLEHKAN MEMEGANG DAN MEMBAWA ALQURAN TANPA WUDHU   Zakat Fitrah Dan Problematikanya   Waktu Shalat Di Eropa Dan Kutub   CARA BERIBADAH DILUAR ANGKASA   Diperbolehkannya Sholat Sunat dengan Cepat termasuk Sholat Taraweh   Bagian 2   Penjelasan Kaidah Fiqh   Bagian 1   ala Aktivis Tarbiyah   Ala Ibnu Qayyim Al-Juziyah   Keputihan Najis Apa Tidak?   Kejujuran dalam al-Qur'an   Kafarat akibat bersetubuh   Jilbab, Salat, dan Keluarga   Istri yang tak direstui keluarga  

Senin, 27 Juni 2011

Hiwalah (Perpindahan Hutang)

"Al-hiawalah" iasalah suatu perpindahan hutang dari seseorang kepada orang kedua karena orang kedua ini mempunyai hutang kepada orang pertama. Contoh, Ali mempunyai hutang kepada Abbas sebesar Rp. 3.000 dan Salim mempunyai hurang kepada Ali sebesar Rp. 3.000. Kemudian Ali memindahkan hutangnya kepada Salim dengan persetujuan Abbas. Dengan demikian Ali sudah tidak mempunyai hutang lagi kepada Abbas karena sudah dilimpahkan kepada Salim.
Rasulullah SAW bersabda :
"Memperpanjang pembayaran hutang bagi orang yang mampu termasuk aniaya, maka apabila salah seorang di antara kamu memindahkan hutangnya kepada yang lain hendaklah diterima perpindahan itu asalkan orang yang menerima perpindahan itu sanggup membayarnya." (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi).
Hukum hiwalah adalah mubah/boleh sepanjang tidak merugikan salah satu pihak dan tidak ada unsur penipuan. Dasar kebolehannya adalah hadits di atas.
Rukun hiwalah :
1. Orang yang berhutang dan berpiutang (yang menghutangi)
2. Orang yang berpiutang
3. Orang yang berhutang
4. Ada hutang dari orang yang berpiutang kepada yang orang yang berpiutang yang lain
5. Ada hutang dari orang yang berhutang kepada orang yang berhutang.
6. Aqad, yaitu ijab dan qabul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar